Minggu, 09 Oktober 2011

Sahabat Pena

kutemui lagi kertas, ku genggam erat pena
kudengar dengan membungkukan badan, mereka berisyarat
"lama tak jumpa, aku rindu" sahut kertas sambil menghapus coretan ditubuhnya
pena hanya terdiam
"kenapa?kau tak suka melihat ku"
pena tetap tak membalas
"diam tak selalu emas. karena tentunya kau pun tahu bahwa kau hanya pena"
"tek...tek..tek..." pena mengetuk-mngetukan dirinya
"Diam!!! sekarang kau malah mulai berisik"
"tek.tek.tek.tek.tek.tek.tek.tek...."
"sudah lebih baik kau diam saja, aku tak mau medengar apapun lagi" kerta membalikan badan dan melangkah pergi sambil mengerutu
"Prak..." pena terjatuh keras beberapa bagian tubuhnya terlepas hingga tubuhnya mengeuarkan tinta hitam
"STOP! hai kawan lihatlah sahabat pena mu terjatuh. ia membutuhkan pertolonganmu" sahut sesuatu dengan lantang, kertas menatap keberbagai arah disudut ruangan gelap itu. "kenapa kau mencari-cari aku, kau sangat kecil hingga tak dapat melihat ku. menengoklah keatas karena aku tak menginjak bumi sepertimu"
kertas menegakan badannya dan berkata "siapa kau? jangan mencampuri urusan yang tak engkau ketahui. Uruslah urusan mu sendiri, toh kau pun pasti punya banyak masalah sehingga kau berada diatas sana"
sambil membunyikan tanda tengah malam, jam tersenyum " kau benar-benar terlalu keras tak seperti tubuhmu yang pipih. seharusnya kau tak marah dengannya, ia menunggu mu sejak lama. Ia hanya ingin bercerita dengan mu tak ingin dengan kertas yang lain, padahal kertas itu lebih baru dibanding kau. Bahkan ia mogok minum hanya kerena ingin dengan mu, hingga saat ia terjatuh ia belum minum sedikit pun..."
kertas berdiri kaku, tak mau menjawab
"Kenapa kini kau yang diam??! kau bilang padanya diam itu tak selalu emas, apa kau sadar bahwa kau juga hanya sehelai kertas kusam? aku rasa masih jauh lebih berharga pena dibanding kau. Asal kau tahu, tinta yang tersisa dan terjatuh bersama tubuhnya, sebetulnya hanya ingin dia bagi denganmu. Sahabat yang tak tahu terimakasih!"

Tidak ada komentar:

next page